Masa Pemerintahan Sultan Adam
Di
masa Sultan Adam inilah kerajaan Pasir mengadakan
perjanjian yang pertama dengan pihak Belanda yang
sifatnya hanya mengenai soal-soal hubungan perdagangan.
Setelah wafatnya Sultan Adam, berhubung anaknya yang
laki-laki masih belum ada yang besar, maka tampuk
pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri dengan
dinobatkan menjadi Sultan Sepuh.
Masa
Pemerintahan Sultan Sepuh
Dalam masa pemerintahan Sultan Sepuh, pemerintahan dapat
berjalan baik sebagai mana di masa Sultan Adam sendiri.
Hanya setelah wafatnya Sultan Sepuh pada tahun 1870,
maka terjadi perebutan kekuasaan menjadi sultan yaitu
antara Adjie Mohammad Ali (putera dari Sultan Makhmud)
dengan Pangeran Abdurrachman (putera dari Sultan Adam).
Oleh karena Pangeran Abdurrachman lebih banyak disukai
oleh rakyat, maka Ia pun dinobatkan rakyat di Benua
untuk menjadi Sultan dari kerajaan Pasir. Sedangkan
Adjie Mohammad Ali yang kecewa dengan peristiwa tersebut
meminta bantuan kepada pihak Belanda sehingga Ia
dinobatkan menjadi Sultan di Muara Pasir.
Pecahnya Kerajaan Pasir
Sepeninggalnya Sultan Sepuh, karena terjadinya perebutan
kekuasaan menjadi sultan maka pada waktu itu terdapat
dua sultan di kerajaan Pasir, yaitu Sultan Abdurrachman
yang dinobatkan rakyat di Benua dan Sultan Adjie
Mohammad Ali yang dinobatkan Belanda di Muara Pasir.
Berhubung dengan keadaan ini maka selalu timbul
pertempuran kecil antara pengikut Sultan Adjie Mohammad
Ali dengan pengikut Sultan Abdrruchman. Dan pada
akhirnya pihak Sultan Adjie Mohammad Ali mendapat
kemenangan, dan Sultan Abdurrachman meninggal dunia
dengan tiba-tiba. Demikianlah pada tahun 1874
pemimpin-pemimpin dari pihak Sultan Abdurrachman yang
dikepalai oleh Saijid Taha Alsegaff bergelar Pangeran
Polisi ditangkap oleh alat kekuatan Sultan Adjie
Mohammad Ali, yaitu Belanda dan diasingkan ke Pulau
Laut.
|
|
Masa Pemerintahan Sultan Adjie Mohammad Ali
Akan
tetapi Sultan Adjie Mohammad Ali hanya sempat menjadi
sultan dari seluruh kerajaan Pasir hanya satu tahun
lamanya. Dengan cerdik busuk, pihak Belanda memfitnah
dengan mengatakan bahwa Sultan Adjie Mohammad Ali telah
merencanakan suatu pemberontakan terhadap Belanda.
Demikianlah pada akhirnya Sultan Adjie Mohammad Ali
sekeluarga dan sejumlah pengikutnya pada tahun 1876
ditangkap dan diasingkan ke Banjarmasin.
Masa Pemerintahan Transisi (Belanda)
Sementara Belanda mencoba memerintah langsung daerah
kerajaan Pasir, tetapi kenyataannya tidak dapat berjalan
dengan baik karena di mana-mana timbul pemberontakan dan
perlawanan terhadap Belanda. Rakyat Pasir berpendapat
haram hukumnya diperintah oleh orang kafir atau bukan
Islam. Setelah melihat keadaan yang demikian itu, maka
Belanda berusaha kembali mengaktifkan pemerintahan
kerajaan kembali untuk mengatasinya dengan jalan mencari
salah seorang keluarga raja yang dianggapnya mampu.
Demikianlah salah seorang keluarga raja keturunan Bugis
yang mempunyai pengaruh besar lagi hartawan bernama
Adjie Medje diangkat dan dinobatkan menjadi Sultan di
kerajaan Pasir dengan gelar Sultan Ibrahim Chaliludin.
Pro-kontra Pengakatan Sultan Ibrahim
Chaliludin
Mengenai pengakatan Sultan Ibrahim Chaliludin telah
mendapat reaksi dari sejumlah keluarga bangsawan Pasir,
oleh karena Sultan tersebut hanya turunan dari ibunya
sedangkan ayahnya bukanlah seorang sultan dan hanya
salah seorang turunan bangsawan Bugis dari Sulawesi yang
terkenal pemberani dan disegani oleh masyarakat yang
bernama Adjie Gapa. Akan tetapi walau pun mendapat
reaksi yang demikian, namun berkat kebijaksanaan Sultan
itu ditambah pula oleh banyak pengikutnya orang-orang
Bugis yang terkenal pemberani, segala reaksi yang
menyulitkan dapat diatasinya. |